simpan saja manisanmu


Dulu sewaktu saya masih kecil, saya sering di iming - imingi beberapa bungkus permen hanya untuk mengalihkan dari keinginan saya yang sebenarnya. Ketika saya meminta layangan, ibu malah membelikan permen davos sambil berkata "antengo ning omah, raksah kluyuran mengko ndaak rambutmu rusak", yang hasilnya fatal : saya sampai sekarang nggak bisa layangan. Ketika saya minta setin, ibu malah memberi serenteng permen susu tak bermerek dan berkata "keplek setin kui duso nang, tobat (keplek berarti judi)".

Trik tebar permen ini bagi sebagian besar golongan pemudanya pemuda (baca : kanak - kanak) adalah trik yang jitu, pasalnya permen adalah role model makanan utama bagi mereka, tak terkecuali saya ketika kecil.

Kini, mata batin saya sudah terbuka. Walaupun belum sepenuhnya, setidaknya sudah cukup ampuh untuk menghadang godaan ecek - ecek sekelas permen. Tetapi godaan berkembang selayaknya pola pikir objek yang akan digoda, komik untuk masa remaja, dan selembar limapuluhan untuk masa menuju dewasa.

untuk selanjutnya saya sebut saja godaan - godaan yang terus berkembang itu sebagai : manisan tolak ingin. Manisan ini berfungsi untuk meyakinkan, bahwasanya ada yang lebih baik dari keinginanmu, saat itu. Iya, hanya saat itu, bukan untuk selanjutnya. Tetapi perlu kita ingat, bahwa setiap keinginan tidak selalu bersifat hal yang pantas bukan?

-ooo-

Sejak munculnya tokoh - tokoh pemimpin kedaerahan yang cenderung "sangar" (sangar dalam hal memimpin tentunya) akhir - akhir ini, isu kepemimpinan menjadi hal yang menarik untuk dibahas.

Karena, pada dasarnya setiap pemimpin mempunyai karakter dan seni dalam memimpinnya masing - masing. Mulai dari Jokowi dengan blusukannya, yang sekarang juga masih tetap hobi mblusuk ke pelosok negeri; Kang Emil dengan status pemimpin kekiniannya, yang karena dengan cara inilah beliau semakin dicintai; Pak Ganjar dengan tweet - tweet cerdasnya, karena saya belum pernah baca tweetnya Pak Ganjar kepleset; dan Bu Risma dengan idealismenya, jarang banget melihat wanita kokoh berada di puncak idealisme seperti Bu Risma; serta masih banyak pemimpin yang lainnya.

Namun, seperti halnya seseorang pada umumnya, tentu para pemimpin itu pernah berada di titik fase dari seorang yang tidak dikenal menjadi dikenal, atau dari seorang yang tiada menjadi ada, pasti. Lantas, hal apa yang dapat melambungkan namanya menjadi yang sekarang ini? Jawabannya adalah janji dan pembuktian diri.

Pada dasarnya, para calon pemimpin di Indonesia akan berlomba dalam hal kepantasan. Mereka saling beradu visi, saling berpedang janji, dan bertameng rekam jejak diri. Mereka merajuk kepada rakyat dengan manisan semu, yang mereka sendiripun tidak pernah tahu akan bertahan sampai kapan. Tentu, merajuk itu perlu jika itu berlandaskan pada hal yang lebih baik daripada harapan dan ingin, seperti cerita tentang manisan sewaktu saya kecil.

Saya selalu mengingat perkataan seorang sahabat, bahwa pemimpin itu memiliki peran ganda. Disatu sisi ia adalah ayah yang mengayomi dan memberikan ketegasan dalam hal apapun tanpa menghilangkan rasa kasih sayang. Di sisi yang lainnya ia adalah seorang ibu, yang senantiasa mendidik dengan sabar, memenuhi kebutuhan dengan tulus, dan jikalau merajuk pasti dengan kasih.
"jika engkau menyayang, maka engkau (laksana) Ibu dan Ayah"
- kata seorang penyair terhadap pemimpin segala pemimpin manusia, Rasul Muhammad SAW -

maka saya senantiasa berdoa, berharap kepada Allah untuk dapat melihat dan merasakan sebuah kepemimpinan yang lembut seperti Rasul. Yang mampu merajuk dengan manisan yang memang manis adanya, bukan sementara tetapi untuk selamanya. Dan jika memang pada kenyataannya tidak ada seorangpun manusia di Indonesia mampu untuk melakukannya, maka saya mohon simpan saja manisanmu, tahan segala bujuk rayumu. Kami ingin bukti, bukan janji.    

Comments

  1. Nggak suka manisan. Sukanya sama cewe manis saja.

    ReplyDelete
  2. Pada akhirnya semua memang menawarkan manisan dengan idealismenya masing2 yah. Hehe. Keren nih, bikin mikir bacanya tapi dapet maksudnya (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus selalu pandai memilah, dari sekian banyak manisan mana yang benar - benar bakal awet manisnya. trims :)

      Delete
  3. wah sangat kreatif ini. manis memang hampir ada di semua masakan. hebat ulasannya... terus berkarya yes... di tunggu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah mampir :)
      InsyaAllah ya hehe

      Delete
  4. keren banget artikelnya, manisan memang selalu ada dimana-mana..

    ReplyDelete

Post a Comment

komentar yang baik, maka kebaikan akan kembali padamu :)

Popular posts from this blog

tahap seleksi indonesia power 2016

dear mamah puan, jangan mau jadi ndeso

Jangan takut repot di jalan