untuk tidak terbawa perasaan
Pagi itu, karena merasakan sedikit sentuhan di sisi kananku, aku terbangun. Sepanjang penerbangan Makassar - Surabaya mataku memang sudah sangat terasa berat. Tetapi pikiranku yang kalut selalu menjagaku terbangun walaupun melayang entah kemana. Menatap awan - awan yang terbingkai jendela. Mengalihkan pandangan ke lubang pendingin yang terlihat biasa saja. Memainkan kenop meja, membuka, lalu menutupnya lagi dengan sengaja. Menarik majalah ke pangkuan, membuka, tetapi huruf - hurufnya sama sekali tak terbaca. Tubuhku akhirnya berontak, lalu tertidur sebentar di titik transit bandara Juanda Surabaya, sampai aku terbangun oleh gelombang penumpang berikutnya. Seorang eksekutif muda, berpenampilan perlente. Ia memakai setelan jas rapi, sepatu hitam yang mengkilat, dan jam tangan merk tissot melingkar di pergelangan kirinya. Duduk di sebelah kananku. Ia memakai kacamata dengan lensa yang cukup tebal, dari sana aku menyimpulkan bahwa usaha kerasnya telah membawanya kepada titik yang sepe...