kembali ke jalan buku

devianart.net
Setelah berkecimpung di dunia antah berantah, akhirnya aku bersedia kembali lagi ke jalan buku. Jalan terang yang ditapaki oleh orang - orang yang sampai sekarang pemikirannya juga bersifat menerangi. Nggak usah jauh - jauh merujuk ke Pak Karno, Bung Hatta, Prof Habibie, GusDur, atau tokoh - tokoh nasionalis lainnya yang kutu buku. Apalagi harus repot - repot melihat tokoh jauh seperti Monsieur Napoleon, Sir Isaac Newton, Al-Kindi, Einstein, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Bill gates, Harun Ar-rasyid, Juga sang Adolf Hitler sekalipun. Lhawong mbak sepupuku saja, yang bukan siapa - siapa, bisa kok lebih dulu menginspirasi diriku ini, secara dia juga berada di jajaran yang sama sebagai seorang kutu buku.

Berbicara mengenai buku, di kehidupanku sendiri, mereka memiliki peranan yang cukup besar. Dan memang, pepatah bahwa buku adalah jendela dunia itu adalah benar adanya. Lebih dari itu, buku adalah jendela jagat raya, dan mencakup dimensi yang kedalamannya tidak akan pernah kita duga sebelumnya. Jika temen - temen semua mengenal buku dari usia belia, maka bersyukurlah, seperti aku yang mensyukuri anugerah ini sejak dulu masih muda.

Mengenal buku, tidak lepas dari pengaruh ibuku. Ketika aku berusia sebelum 3, ibu sudah mengajariku membaca. Kompilasi majalah bobo yang tebalnya melebihi kamus Hasan Shadily yang warna - warni, menjadi santapanku setiap sore dan malam. Dewasa ini aku baru tahu, majalah itu dibeli di loakan buku Pasar Johar dengan harga yang murah saja. seribu limaratus rupiah. Maka tidak heran, jika habis satu majalah aku baca, ibu akan dengan ringan saja membelikan lagi yang baru.

Metode mengajar ibu membaca juga menurutku jenius. majalah yang sudah dibeli, sebelumnya terlebih dahulu diberi garis - garis pemisah sebagai jeda baca sebelum diberikan kepadaku. Bentuknya kurang lebih seperti contoh ini :
se|la|lu mem|be|ri|kan yang ter|ba|ik
semua tulisan, baik itu dalam balon suara komik asta dan paman kikuk favoritku, atau dalam cerpen cerpen khas di majalah bobo, diberikan tanda jeda seperti itu. Dulu ibuku sepertinya berfikiran, tulisan yang di buku - buku TK terlalu sederhana dan mudah bikin bosan. Oleh karena itu, dilakukanlah dengan menggunakan buku yang lebih banyak kosakata, dan tentunya masih ada gambar. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga aku lancar membaca di usia TK.

Lepas dari bobo, perjalanan bukuku berpindah ke komik - komik disney Amerika dan Mauricio de Souza nya Brazil. Lalu perlahan kemudian mulai mlipir ke komik jepang seperti Conan, Ninja Hatori, dan Doraemon. Dulu, anak kecil yang keseringan membaca komik, dikhawatirkan akan menjadi bodoh. Tapi lagi - lagi ibuku yang jago, punya trik yang lumayan jitu. Jadi begini, yang namanya komik, itu pasti akan berjilid - jilid. Tentu, nggak bakalan seru kalau nggak membaca lanjutan cerita di jilid berikutnya, sedangkan jaman - jaman itu komik online masih belum ada. Memanfaatkan keadaan yang seperti itu, Ibu membuat suatu perjanjian, jika aku berhasil mendapat rangking 1 di sekolah, maka setumpuk komik baru siap dibelikan ibuku tiap semesternya.

Perkenalanku dengan buku yang full tulisan aja, dimulai di bangku SMP. Ketika itu lagi gempar - gemparnya karya mas Andrea Hirata, tetralogi laskar pelangi. Melihat ramainya pasar buku itu, aku ikut - ikutan kepo dong ya. Mencicipi alunan tulisan dari seorang mas Andrea Hirata membuatku mabuk dan ketagihan. Bahasanya indah, tetapi juga terkadang memusingkan, mungkin itulah seninya menulis. Dari kesan membaca bukuku yang pertama itu, petualangan dengan buku - buku yang lain dimulai.

Total, banyak buku yang sudah aku baca. Tetapi angka itu masih terhitung sangat amat sedikit dari yang seharusnya bisa aku baca. Alasan mulai malas, dan lain sebagainya terkadang muncul. Buku - buku yang terbeli, terkadang hanya terbaca sebagian saja, selebihnya terbengkalai. Sepertinya roh buku mulai menjahuiku, rasa asyik dan menyenangkan dari sebuah aktivitas membaca perlahan menghilang, lalu kemudian aku tinggalkan.

Di jaman milenial sekarang ini, banyak diantara teman - teman sekalian yang mungkin mulai melakukan kesalahan sama seperti yang aku lakukan, perlahan meninggalkan jalan buku. Perkembangan digital tentu berpengaruh terhadapnya. Padatnya timeline media sosial menjadi bukti, orang - orang mulai sibuk mengisi waktu luangnya dengan menjelajah dunia maya. Perkembangan video streaming seperti YouTube juga aku rasa berpengaruh. Tetapi semua itu nggak salah kok, hanya saja mungkin intensitasnya perlu dikurangi, kemudian disisihkan sedikit untuk mulai membaca buku - buku yang terbengkalai. Kalo perlu banyak sih hehe.

Oleh karena itu, menyambut tahun yang baru, aku ingin sedikit beresolusi. Kecil saja harapanku di tahun ini, membaca buku sebanyak mungkin. Boleh buku apa saja, fiksi, sejarah, biografi, atau komik bergambar sekalipun. Asal waktu yang aku gunakan untuk membaca buku bisa maksimal. Membaca buku memang suatu kegiatan yang sederhana, tetapi membaca buku baik dengan cara yang baik adalah tidak sesederhana itu. Semoga resolusi sederhanaku di tahun 2018 ini bisa tercapai dengan gemilang hehe.

yuk.

Comments

  1. Wah, salut banget sama ibunya sampai serajin itu, lho. Zaman sekarang bakalan susah menemukan ibu yang sampai ngasih metode seperti itu untuk anaknya :)

    ReplyDelete
  2. ayooo ka okky~ kembali ke jalan goodreads wkwkkw

    ReplyDelete
  3. Beruntung sekali dari kecil udah dikenalin sama yang namanya membaca buku sama orang tua. Saya mah nggak pernah. Makanya sampai awal-awal kuliah pun ngga begitu seneng sama yang namanya membaca. Pusing.

    Mulai tertarik membaca itu malah pas pertengahan kuliah dan masih boomingnya novel Negeri 5 Menara. Dari situ saya mulai ngikuti ketiga seri novelnya. Ya, karena ceritanya menginspirasi dan bagus. Nah sampai sekarang alkhamdulillah hobi itu masih ada, walaupun pol-polan cuma selesai 1 buku per bulan :)

    Semoga resolusinya sukses, Ky!

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo pas kuliah pun aku juga males euy baca buku termo, kimfis, dan lain sebagainya yang bikin pusing hehe.
      aamiin, semoga sukses juga buat dirimu

      Delete
  4. Anak-anak juga kubiasakan membaca buku, mbak. Agak pusing juga nih yang kelas 5 bacaannya Naruto mulu. Sampe 1 episode dibaca berkali-kali. Semoga nanti SMP mereka mulai suka baca yang full teks :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. gapapa mulai dari komik. saya dulu juga mulai dari komik baru ke bacaan lain. dan jangan salah juga, komik itu juga gudangnya ilmu lho yaa hehe. banyak hal - hal baru yang saya ketahui justru mulai dari komik. pengetahuan - pengetahuan dasar dan yang lainnya hehe

      Delete
  5. Aku juga hobbi baca kak, tapi skrg ini lagi seneng baca buku tntg nabi2 sekalian dongengin anak. Perlu gen deh baca buku lain yang bisa diambil manfaat dari kisahnya kayak KK gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. salah satu buku tentang nabi favorit saya adalah trilogi Muhammad lelaki penggenggam hujan karya tasaro GK. novelnya ada tiga tebel tebel, tapi dijamin nggak akan bosen karena dituliskan dengan gaya yang berbeda dari buku - buku kisah rosul lainnya

      Delete
  6. anakku umurnya 3,5 tahun belum belajar membaca sih, karena tiap dia buka majalah ato buku dia berimajinasi sendiri dengan gambar2 yg diliatnya, metode ibunya mas okky bisa dicoba nih

    di dunia perbukuan tahun ini pengin banget punya buku baru lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gapapa mbak, masalah belum belajar bisa mudah diselesaikan dengan cara memulai. Dan memang, normalnya anak kecil memulai di usia 5 tahunan sewaktu di bangku TK. jadi tidak masalah. ibu saya saja yang agak iseng.

      tahun ini sepertinya akan sama dengan tahun tahun sebelumnya. akan banyak buku buku baru yang bagus - bagus. ssaya yakin itu. yuk :)

      Delete

Post a Comment

komentar yang baik, maka kebaikan akan kembali padamu :)

Popular posts from this blog

tahap seleksi indonesia power 2016

dear mamah puan, jangan mau jadi ndeso

Jangan takut repot di jalan