nyaris kena copet


Sore itu, sepulang dari dinas pagi, Saya dan senior saya berencana pulang dengan menggunakan angkutan umum. Bagi saya, ataupun mungkin senior saya, menggunakan fasilitas seperti angkutan umum untuk pulang kerja memang perlu direncanakan. Bukannya ingin sombong, tetapi untuk menghindari pertanyaan - pertanyaan lebih lanjut, maka perlu saya jelaskan, bahwa ketika itu kami keluar terlalu sore sehingga tidak sempat ikut mobil antar - jemput pegawai. Sedangkan kendaraan pribadi tidak ada dan sesosok teman soleh untuk ditebengi pun nihil. teman solehah? belum, masih ngumpulin duit dulu buat menafkahinya nanti.

Oke, Jika sudah jelas dengan penjelasan saya, maka izinkanlah saya untuk melanjutkan cerita...

Sebenarnya, saat itu satu - satunya teman yang bisa diandalkan adalah mas Jamil. Walaupun tidak cukup soleh, karena tidak mengantarkan sampai tujuan akhir, setidaknya ia cukup baik untuk mengantarkan kami, cenglu hingga jembatan depan (letak kantor dan jalan raya cukup jauh jika ditempuh jalan kaki), makasih mas Jamil. Selebihnya ia berpisah dan pergi berlawanan arah, mas jamil arah ancol, sedangkan saya dan senior saya ke arah terminal priok.

Tak lama setelah perpisahan unyu kami, nampak sebuah bis metromini melaju dari arah ancol dengan percepatan yang semakin berkurang lalu kemudian berhenti tepat di depan kami. Nampaknya sang juru mudi sadar, bahwa dua orang pemuda yang sedang labil - labilnya dalam hal cinta tidak boleh terlalu lama dibiarkan berdua, karena beda jenis saja tidak boleh apalagi sama jenis. kan? Setelah naik, kami menghimpun posisi di ujung paling belakang metromini jurusan pasar senen - terminal priok itu.

Ketika itu, kondisi bis yang kami naiki cukup kosong. Terhitung dengan sopir, hanya ada lima orang saja. Di baris belakang sopir, tepat berhadapan dengan pintu depan, ada bapak - bapak dengan badan tambun memakai stelan kemeja denim biru. Di belakangnya persis, seorang perempuan berpakaian hijab modis berwarna merah muda, ia terlihat mengantuk sekali. Sedangkan, berseberangan dengan mbak - mbak itu, ada pria paruh baya dengan rambut gondrong dan memakai kostum ala rocker jalanan, tanpa kacamata tentunya. Sampai saat itu, saya merasakan sesuatu yang janggal, tetapi tidak tahu kenapa dan apa.

Sesampainya di terminal priok, akhirnya kejanggalan itu terkuak, ada seorang awak yang seharusnya hadir di metromini pada umumnya, tetapi ia alfa saat itu, ya, kernet bis. Karena ketidakhadirannya, terpaksa saya berjalan ke depan untuk membayar langsung ke sopir. Sebelumnya uang sudah saya siapkan di saku jaket secara rapi sejak dari kantor. Kemudian, penumpang yang tersisa saling mengantri untuk membayar, setidaknya itulah yang saya fikirkan, saat itu.

Posisi saya paling depan, membungkukkan badan juga kearah depan untuk memberikan uang secara sopan, sedangkan senior saya berada di sisi kiri dari saya. Tiba - tiba saya merasakan gerakan yang aneh berasal dari tas punggung saya, seperti ada yang membuka resleting bagian depan. Dengan reflek cepat, saya menoleh ke belakang dan mendapati ransel saya dalam keadaan terbuka dengan tangan bapak tambun yang seolah menghindarinya. Copet! 

Saya panik, tetapi tidak mau terlihat panik, segera saya cek keberadaan dompet yang celakanya memang berada di saku ransel bagian itu. Alhamdulillah aman. Beberapa detik saya melihat gerak - gerik bapak tambun itu, setelah itu saya turun. Syukur, ketika itu Allah masih memberi rasa aman dan kepekaan terhadap diri saya, kalau enggak, ludes sudah dompet beserta isinya di tangan pencopet itu. saat itu saya semakin yakin, bapak yang tadi sudah merencanakan aksinya jauh - jauh waktu, karena sampai pos akhir terminal priok pun ia tidak turun, bahkan duduk kembali setelah posisi sebelumnya berdiri.

Satu yang saya pelajari dari kejadian ini adalah, kejahatan terjadi karena adanya kesempatan, bukan semata - mata karena kepolosan dan juga ketampanan seseorang saja. karena kalau begitu, saya pasti sudah sering dicopet dari dulu - dulu.. waspadalah.. waspadalah..

Comments

  1. Alhamdulillah masih rejeki kak. Btw gaya penulisannya bagus kak, ga minat nulis gitu? Bisa cerita sambil ngebanyol hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, laaah ini kan udah nulis dek hehehehe :D

      Delete
  2. Wahh.. Untung aja telinganya peka, jadi nggak kecopetan.. Tapi semoga hatinya juga peka, biar segera dapat teman solehah.. wkwkwk

    Salam kenal gan.

    ReplyDelete
  3. syukurlah, memang kalau ada gelagat yg jelek mending turun saja

    ReplyDelete

Post a Comment

komentar yang baik, maka kebaikan akan kembali padamu :)

Popular posts from this blog

tahap seleksi indonesia power 2016

dear mamah puan, jangan mau jadi ndeso

Jangan takut repot di jalan