Mencari Papan

beberapa hari ini, ibu sering terdiam memandang layar smartphone. entah itu sore sepulang kerja, ataupun malam sebelum tidur. kegiatan baru ibu ini terbilang aneh, dan condong ke arah yang misterius. karena setahu saya, semenjak ibu mempunyai hape canggih merk samsul itu, pengoperasian yang dilakukan hanya sebatas telpon dan sms saja.

iya, ibu emang gaptek alias gagap teknologi. tapi toh itu nggak menjadi masalah, selama saya masih sayang ibu dan ibu masih sayang saya. batasan seseorang berbentuk gaptek masih dalam taraf kewajaran. nggak nyambung? yaudah sih.

kembali ke ibu.

sebagai seorang anak yang berbakti, dan penuh akan rasa peduli kepada orang tua. maka saya dengan penuh kesadaran menanyakan apa gerangan yang sedang dikerjakan ibu ini, termasuk sebab musababnya. 

(ceritanya percakapan ini dilakukan dengan bahasa jawa)

"bu, ibu sedang apa sih? kok keliatannya sibuk banget. jangan - jangan bisnis ibu ibu minta pulsa ya?"

karena terlalu fokus, ibu kaget.

"eh! kamu loh. mau bikin ibu jantungan ya? ngagetin orang tua aja"

"habisnya sih, si ibu diem aja dari kemaren kemaren. khawatir dong saya"

"enggak apa - apa, ibu cuman lagi fokus nyari papan nih lo"

sejenak hening.
di benak saya, yang dalam tempo yang singkat itu mengalir beberapa pertanyaan. emang hilang kemana sih? sepenting itukah papan yang dicari ibu hingga beliau rela menghabiskan waktu untuk mencarinya? emang bisa gitu nyari papan pake smartphone? di google gitu? sebenarnya ibu tau nggak sih fungsi smartphone?

daripada terus terusan menanyakan suatu hal yang absurd, saya tanya aja langsung.

"emang papan jenis apasih yang ibu cari? enggak ke toko bangunan aja, insyaALlah ada dan nyata"

"hush, kamu itu udah ibu sekolahin tinggi - tinggi sampe kuliah, masih aja suka salah sangka. tau istilah sandang - pangan - papan tho? ini lho ibu lagi cari rumah, biar ibu bisa pindah tahun depan"

"...."

hening kembali.

...

cerita di atas memang sebatas cerita yang sengaja dilebihkan dan dilucukan (walaupun nggak lucu), supaya enak dibaca aja gitu. tapi pada intinya, si ibu akhir akhir ini memang tengah sibuk mencari rumah baru, alias salah satu kebutuhan pokok diantara sandang - pangan - papan.

kebutuhan akan rumah itu seakan menjadi mendesak, mendekati kelulusan kuliah saya. karena bisa dipastikan setelah lulus nanti saya akan kerja di luar kota, kalaupun harus lanjut kuliah itu juga masih tetep di luar kota. sedangkan rumah yang sekarang terlalu besar jika hanya ditempati satu orang saja.

miris sih, kalo harus menerima kenyataan mulai tahun depan kemungkinan besar ibu tinggal sendiri. lha mau gimana lagi, cita harus dikejar, nafkah harus didapat, jodoh harus disambut. ibu pun sudah rela, asal nggak tinggal di rumah yang sekarang.

mencari rumah itu ibarat mencari jodoh, kalau udah cocok ya udah nggak perlu pikir panjang lagi. kurang lebih kalimat tersebut saya denger di salah satu film raditya dika, tapi lupa yang mana. emang bener sih, ego manusia kalau udah seneng banget sama sesuatu, susah buat nyari pilihan yang lain. kalo dipaksa, bisa gagal move on.

tetapi soal mencari tempat tinggal menurut saya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. hal hal berikut sekiranya merupakan pembelajaran pribadi saya soal pemilihan rumah :

lokasi

lokasi dan lingkungan sekitar, merupakan faktor penting dalam hal kenyamanan. biasanya web yang jual rumah gitu menyertakan kondisi lokasi. seperti bebas banjir, view pemandangan gunung, tetanggga, atau kedekatan lokasi dengan fasilitas umum (rumah sakit, pom bensin, sekolah dll)

terkadang juga, calon pembeli memiliki kriteria tertentu untuk lokasi rumah. misal ibu saya pengennya daerah sekitar rumah tidak di dominasi jalanan naik turun, jalanan juga tidak boleh sempit, apalagi sepi.

karena itu, sebaiknya calon pembeli memastikan sendiri lokasi, kalau perlu pantauan 24 jam selama seminggu full. selain itu testimoni dari warga sekitar juga perlu dipertimbangkan.

harga



harga saya tempatkan di posisi kedua dalam hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan rumah. ini dikarenakan harga merupakan opsional. loh kenapa? soalnya menurut saya kondisi lokasi sulit untuk diusahan. sedangkan uang bisa kok diusahakan. apalagi dengan fasilitas kpr yang sekarang ini sedang trend.

mengenai kpr bisa dilihat di sini : https://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_pemilikan_rumah

harga rumah harus sesuai dengan kondisi rumah. semakin baik, aman, besar dll semakin tinggi juga harganya. mengenai harga ini, seorang pembeli harus memiliki feel. feel yang dimaksud adalah dalam hal cocokisasi antara kondisi dan harga.

fasilitas



saya lebih mencondongkan fasilitas pokok dalam rumah. fasilitas pokok yang menunjang sebuah rumah antara lain adalah air bersih dan listrik.

air adalah kebutuhan utama, mulai dari mandi, mencuci, minum dll. air yang dialirkan ke dalam rumah haruslah air yang bersih. calon pembeli bisa memilih, apakah ingin memakai air sumur atau disalurkan oleh PAM. jika pembeli menginginkan air sumur, maka cek dulu kualitasnya (kalau rumah belum dibangun dan air belum disalurkan, cek testimoni tetangga)

sedangkan listrik juga harus dipastikan, akan disalurkan atau tidak (yaelah). tapi bener lho, bahkan di kota Semarang yang besar ini masih ada kok kampung yang belum dialiri listrik. hehe.

sedangkan fasilitas lain bisa dinilai sesuai selera dan kebutuhan pembeli.

desain



desain dan bentuk rumah. seperti arah hadap rumah, tempat parkir mobil, penempatan kamar - kamar mandi - ruang makan - ruang tamu. dll. kalau pembeli percaya hal hal seperti feng shui juga boleh dipakai (kalo saya sih nggak percaya hehe)

desain biasanya disertakan dalam brosur jual beli rumah, lain halnya apabila ingin membangun rumah sendiri. maka berkonsultasilah dengan seseorang yang ahli di bidangnya. kalau saya ada teman seorang arsitek (calon arsitek), maka saya berkonsultasi dengannya.

...
kurang lebih itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih rumah. sampai tulisan ini diterbitkan, sayapun sedang berusaha mencari rumah yang sesuai dengan keinginan. hingga nantinya ibu bisa tinggal nyaman, walaupun sendirian :"(. mencari jodoh dan mencari rumah memang sama, keduanya sama sama harus menjadi yang terbaik untuk orang tua.

Comments

Popular posts from this blog

tahap seleksi indonesia power 2016

dear mamah puan, jangan mau jadi ndeso

Jangan takut repot di jalan