food combining

siang itu aku dan ibuku tengah menikmati hidangan yang disajikan oleh warung kelas wahid di dunia persambalan. keberadaannya yang tersebar seantero kota menjadikan akses yang mudah bagi para manusia fakir asupan sambal. warung kelas menengah yang katanya punya 33 jenis sambal dan aneka macam lauk itu memang menjadi primadona bagi manusia penikmat sambal di muka bumi. tidak terkecuali aku dan ibu. kalau dihitung mungkin seminggu bisa 3-4 kali kita main dan belanja sambal di situ, tergantung populasi dompet dan tingkat kejenuhan. menu andalan ibu adalah terasi segar disandingkan dengan lele goreng, sedangkan aku lebih kreatif karena sering bergilir, yang penting porsinya haruslah dua baik itu sambal, lauk, dan minuman. 

ibu memfoto bekas makan kami berdua, dan akan segera menguploadnya ke Instagram
seringnya kami mampir ke warung itu memberikan dampak positif dan negatif bagi kelangsungan proses kehidupan kami di sana. karena bagi kami berdua, warung itu merupakan habitat yang tidak terbantahkan. dampak positifnya adalah kecepatan kami dalam memesan makanan. ibu yang tipikal memakan satu jenis menu saja, tentu sudah tidak perlu untuk melihat daftar menu yang segambreng itu. sedangkan aku juga tergolong cepat, karena yang penting aturan dua menu terlaksana dan tidak sama dengan menu kunjungan sebelumnya. sedangkan dampak negatifnya adalah kesehatan pencernaan kami berdua. ibu memang masih muda, cantik, sehat dan dermawan, tetapi urusan perut dan sambal memang tidak terbantahkan. akupun juga begitu, walau sebanyak apapun sambal yang tercerna, perut tidak pernah komplain, terkadang takut juga jika terjadi apa apa di kemudian hari.

kecemasan yang melanda kami berdua berlarut larut. bahkan kecemasan itu bertambah setelah di kalkulasikan dengan nilai yang tertera di timbangan badan, ya, ibu rutin mengecek bobot tubuh tiap minggunya. tetapi ibu tidaklah menyerah, karena beliau selalu berfikir bahwa Allah melahirkan masalah bersanding dengan solusinya. dan tidaklah pantas beliau menjadi hambanya yang taat jika tidak mengamini apa yang menjadi kodrat ILlahi. solusi itu muncul beberapa hari kemudian, di tengah barisan rak buku di sebuah toko buku pusat kota. ketika itu kami tengah melaksanakan hiburan rutin yaitu mengunjungi toko buku.

ibu, seperti ibu ibu pada umumnya di sebuah toko buku. bagian-bagian yang wajib beliau kunjungi adalah rak agama, resep masakan, dan kesehatan. berbeda dengan anak muda sepertiku yang lebih gemar menuju rak komik, novel, sastra, majalah dan biografi. kebiasaan ibu itu memberikan keuntungan tersendiri. pada salah satu ujung rak kesehatan, ibu seakan mendapat pencerahan dari ILlahi yang dilewatkan melalui penulis ke penerbit, penerbit ke percetakan, percetakan ke toko buku. di ujung itu ibu membaca sebuah buku tebal karya Andang W Gunawan yang berjudul Food Combining.

buku itu bagi beliau amatlah keramat karena menjelaskan dengan rinci bagaimana menghidangkan makanan, tata cara makan yang sehat, urutan makan yang benar, dan kualitas makan yang layak. yang lebih hebat lagi buku itu juga memuat penerapan untuk mengkombinasikan makanan antara sayur buah dan daging, antara makanan laut, darat dan udara. sungguh istimewa. dan sungguh cerdas orang yang bernama Andang W Gunawan itu. setelah yakin dengan kualitasnya yang yahud, segera ibu menunjukan buku itu kepadaku yang sedang asyik membuka segel komik di sudut rak komik.

pertama kali ibu menunjukan buku itu, ada suatu kilatan aneh yang menusuk ke sendi sendi ingatanku. buku itu tidaklah asing, senyum wanita yang menghias di muka sampul itu pernah terlihat di suatu tempat. aku megalami dejavu!. karena merasa aneh maka aku ungkapkan saja perasaan yang tidak enak itu kepada ibu. tetapi ibu tidak percaya dan menganggap aku mengada ada saja, bukan karena ibu tidak paham cerita imajinerku tetapi karena ibu sudah tahu bahwa aku seorang pelupa. karena hari mulai malam maka segera ibu membeli buku itu.

sesampainya di rumah, ibu segera asyik membaca ulang apa yang sudah beliau baca di toko buku. sedangkan aku masih dalam kekalutan memikirkan senyum wanita sampul itu. aku heran dan ingin segera melupakan, rasanya ngeri dibayang bayangi wajah wanita setengah baya di kepala. lekaslah aku menuju ruang tv untuk mengalihkan perhatian. namun siaran di tv tidak cukup kuat untuk mengalihkan perhatian. karena tidak disangka sangka seonggok senyum tengah merekah persis di rak bawah televisi berada. senyum yang daritadi menempel di ingatan, senyum yang berasal dari wanita itu ternyata benar ada. jder! tidak disangka ibu sudah membeli buku itu jauh jauh hari sebelumnya dan belum dibaca sama sekali.

maka semenjak itu ibu tidaklah perlu menerapkan food combining, karena sebelum itu terjadi beliau sudah menerapkan book combining.

penampakan book combining. terlihat salah satunya masih rapi tersegel.



Comments

Popular posts from this blog

tahap seleksi indonesia power 2016

dear mamah puan, jangan mau jadi ndeso

Jangan takut repot di jalan