Kembali Ke Ibu


menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan. Saya tidak bisa merencanakan sesuatu yang berhubungan dengan rahasia ILlahi, seperti menjadikan diri hitam sedangkan waktu berkata putih; menjadikan diri polos sedangkan waktu berkata kerut; menjadikan diri tegak sedangkan waktu berkata bungkuk. Namun diluar semua itu, kehidupan selayaknya tuts piano. Instrumen yang dihasilkan adalah pilihan sang maestro.

terkadang saya mengeluh terhadap kehidupan tidak adil yang diberikan. keluhan yang berlebihan kemudian berakhir menyalahkan. bahkan hingga kesalahan - kesalahan sendiri yang diperbuat seolah dilimpahkan. "Allah kan maha pembolak - balik hati" katanya. padahal Allah pulalah yang telah memberikan kita akal dan fikiran, yang dengannya mampu memilih antara "bolak" atau "balik" dalam sebuah kehidupan. akal dan fikiran adalah salah satu faktor pembeda antara mahluk. sedangkan faktor yang lain adalah berupa fisik, maka akal dan fikiran muncul sebagai hal yang gaib, tidak terlihat. akal dan fikiran memiliki peranan yang penting dalam sebuah kehidupan, mereka adalah penunjang utama yang berjalan seiring tumbuh kembangnya manusia.

pengembangan diri adalah fase yang pasti akan dilewati manusia. mulai dari kecil hingga menjadi seorang yang dewasa. sedangkan fase yang baik adalah fase yang bertahap, yaitu perlahan namun mengikat. maestro kehidupan yang baik dilahirkan oleh proses yang panjang, di dalamnya terdapat sebuah pelajaran untuk menjadikan seorang idaman. (memang terkadang perubahan yang detail lebih mungkin untuk tidak diinginkan ataupun diimpikan, tetapi sederhananya perencanaan adalah gambaran penggagas masa depan yang sukses.) kembali ke maestro, proses yang panjang tidaklah tiba - tiba muncul begitu saja, tetapi semua mempunyai sumber yang benar terjaga. dalam artian sumber yang murni. sumber yang seringkali bertugas untuk menjadikan, atau bisajadi merekalah yang mencetak lembar biru pertama.

dalam sebuah perguruan karate INKADO yang pernah saya ikuti. seorang amatir atau murid akan diajarkan gerakan dasar oleh sensei (guru). dalam praktiknya sensei akan dibantu oleh beberapa senpai (kakak senior) untuk ikut memandu dan mengamati gerak dari juniornya.  pada umumnya apabila seorang amatir tersebut sudah menguasai suatu materi, maka ia akan naik tingkatan dan mempelajari materi berikutnya. hal ini akan berlangsung terus menerus. jika kehidupan menggunakan pengandaian kasus tersebut maka gerakan dasar adalah cetak biru sedangkan sensei adalah pemegangnya, INKADO adalah lingkupnya, sedangkan senpai menjadi faktor tambahan, tahapan kehidupan pun sama secara sederhananya sedemikian rupa, mulai dari dasar hingga ke tahapan yang lebih rumit.

Bagi saya, cetak biru kehidupan adalah suatu pelajaran yang senantiasa bergerak. Ia berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan yang sama. yaitu membentuk pribadi sehingga menjadi lebih baik lagi. pemegang cetak biru saya sebut sebagai seorang ibu, bukan ibu dalam artian yang sebenarnya, tetapi dengan makna yang lebih luas. ( walaupun ibu yang asli juga termasuk di dalamnya ) mereka mengajarkan tentang kehidupan dengan sabar sesuai caranya masing masing. apabila sudah melewati ujian maka cetak biru tersebut akan dilempar ke ibu yang lainnya, tentu saja dengan tujuan yang sama.

salah satu ibu yang bersedia mengajarkan saya adalah organisasi. baik itu organisasi siswa maupun organisasi mahasiswa. di SMA saya dididik untuk menjadi seorang pribadi yang beriman, taat untuk beribadah, dan mengasah keberanian untuk bersuara. dua poin yang awal memang terlihat sederhana, tetapi pada praktiknya dalam periode tersebutlah seorang manusia di uji lebih dalam lagi tentang arti iman dan taat. saya merasa beruntung mendapatkan pembelajaran yang berharga tersebut. di ranah kampus pembelajaran yang disajikan berbeda. saya dididik menjadi seorang penentu, pemimpin, dan penyayang. saya beajar untuk menentukan mana yang lebih baik jika dihadapkan dengan suatu pilihan, belajar untuk memimpin sebuah organisasi kemudian belajar untuk menyayangi tiap - tiap anggota yang berada di dalamnya. semua pembelajaran memang terlihat sederhana namun mempunyai beban yang tidak terduga.

Lalu ketika semua fase telah terlewati, sekarang cetak biru tersebut bergulir kembali. dioper ke ibu yang lain dengan harapan dan pembelajaran yang juga lain. terkadang pula cetak biru dikembalikan ke ibu yang terdahulu, hanya untuk sekedar menguji eksistensi pembelajaran  masa lalu. apakah diingat ataukah terlupa. jika ingat kehidupan akan tersenyum kepadamu, tetapi apabila lupa, bersiaplah untuk mengalami ujian yang sama dengan kehidupanmu yang lalu.

Semarang, 22 Agustus 2015
Okky Helja OSR.
  

Comments

Popular posts from this blog

tahap seleksi indonesia power 2016

dear mamah puan, jangan mau jadi ndeso

Jangan takut repot di jalan